Kelas
Fisika, 26 Januari 2013
Untuk Tuan yang
selalu menghamburkan konsentrasiku seperti hamburan partikel alfa saat menembus
lempengan emas
Hangat
sinar matahari pagi terurai menjadi spectrum warna-warni menembus kaca kelasku,
sangat menyilaukan pandangan mata yang sejak tadi berusaha konsentrasi
mengikuti pelajaran Fisika. Otakku masih memikirkanmu, apa kamu juga sedang
memikirkanku sekarang? Apa gesekan magnetis yang kuatur dengan voltase tertentu
bisa membuatmu selalu memikirkanku setiap detiknya? Atau bumi yang tiba-tiba
kehilangan gaya gravitasinya hingga membuat mimpiku berterbangan tak tahu arah?
Banyak pertanyaan pagi ini, yang mungkin tak bisa dijawab oleh guru Fisika
sekalipun.
Jika aku masih tak bisa berkonsentrasi dalam pelajaran
Fisika, itulah saat sosokmu merasuk dan menguasai otakku.
Ulangan
Fisika, 19 Maret 2013
Bahkan saat aku
ingin benar-benar konsentrasi Fisika kamu tak mau pergi dari pikiranku
Untukmu
yang tak pernah berhenti memenuhi setiap memori di otakku. Semua kebersamaan
kita masih rapi kusimpan, meski terukir dari pesan singkat. Begitu singkat,
begitu melekat kehangatanmu selalu menghangatkan hariku yang beku. Kamu masih
seperti dulu, dengan senyum menawan tanpa polesan. Aku senang bisa menikmati manisnya senyummu meski terhalang layar handphone.
Aku
menghela nafas panjang dan melanjutkan konsentrasi untuk pelajaran Fisika. Masih
mencoba berkonsentrasi memahami Fisika, bayangmu semakin mendesak konsentrasiku
setiap detik yang berganti menjadi menit. Aku berjuang melawan bayanganmu yang
mulai menguasai otakku setiap menit dan kini berganti jam. Nyatanya, kamu tak
benar-benar pergi dari otakku.
Selamat Ulang Tahun ke-19 Sayang,
6 April 2013
Aku tak pernah melupakan hari ulang
tahunmu, kamu tahu
Aku
bahagia melihatmu dirimu semakin dewasa, tapi aku juga takut kedewasaan membuatmu
semakin jauh dariku. Kamu marah padaku ya saat aku lupa pada ulang tahunmu?
Maafkan aku, andai kamu mengijinkan aku bercerita, andai kamu bisa sejenak
berhenti dari kesibukanmu untuk memahamiku disini.
11.29
“Selamat Ulang Tahun Sayang, aku bahagia
melihatmu membuka usia baru. Aku selalu mendoakanmu, semoga aku selalu menjadi
sebab mengapa kau tersenyum hari ini dan juga esok. Maaf aku tak bisa
menemanimu disana, bukan karena egoku, tapi aku masih ingin mengejar
cita-citaku disini. Kamu baik-baik disana, kejarlah cita-citamu, dan jangan
lupakan pegang teguh cintamu seperti aku yang selalu memperjuangkanmu dari
sini.” Aku sudah mengetik pesan ini dan ingin kukirimkan untukmu tepat
pukul 00.00 karena aku ingin menjadi pertama dan satu-satunya. Mataku begitu
berat, menunggu 1menit tidaklah mudah mata yang lelah terkuras energinya
seharian ini. Aku terlelap, tanpa ku kirimkan pesan itu padamu.
09.30
Bel
istirahat meneriaki guru Fisika yang sejak tadi asik menerangkan untuk segera
menyudahi pelajaran, sementara aku yang masih saja memikirkanmu dengan
(terpaksa) melepaskan sejenak ingatanku padamu. Beliau sibuk membereskan
buku-bukunya, dan aku melayangkan kembali ingatanku padamu Tuan, jika kukirim
pesan itu sekarang pun percuma, seseorang gadis disana pasti sudah terlebih
dulu mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Berat hati, kuurungkan niatku.
Aku tahu, kamu sangat berharap aku segera ingat hari
apakah ini? Iyakan? Sudah berkali-kali kubilang padamu, aku selalu merekam
dengan baik apa yang kamu tulis meski tak pernah kamu katakan langsung padaku.
“Selamat Ulang Tahun ya.”
Aku masih mengingat betapa terkejutnya dirimu saat pesan
itu kamu baca. Maaf aku membuatmu kecewa dengan jawabanku yang kubilang alarmku
berbunyi memperingati ulang tahunmu. Halo Tuan, andai kamu tahu, aku tak pernah
menghidupkan alarm saat sekolah. Jangan kecewa, aku tak benar-benar membuatmu
kecewa. Aku hanya ingin membuatmu terkesan dihari ulang tahunmu dengan caraku
sendiri. Jika aku tak berhasil menjadi yang pertama mengucapkannya, tapi aku
bahagia aku berhasil menjadi orang paling menyebalkan di hari ulang tahunmu.
Kerapuhanku
di batas senja, 26 Mei 2013
Aku ingin membawa bayanganmu kembali
ke masalalu, saat kamu dan aku menjadi kita yang dulu
Seperti sinar
matahari yang selalu rapuh di batas senja memudar seiring bergantinya detik
detik waktu, itulah aku. Sinarmu kini tak sehangat tadi pagi, selalu
membiarkanku menggigil di malam kelam. Aku masih menyimpan sejuta rindu akan
dirimu yang hadir di pagi hari.
Kamu yang dulu, selalu punya kehangatan memelukku meski
tanpa dekapan tangan yang saling melekat. Punya cara sendiri menjawab seribu
tanya yang tak bisa kujawab sendirian. Walau hanya melalui pesan singkat aku
bisa merasakan hadirmu begitu dekat disisiku. Tuan, sadarkah? Kamu yang kini,
sudah jauh berjalan dariku. Hingga aku tak bisa menemukan sosokmu.
Seseorang yang dulu
kukenal sebagai calon ahli computer yang masih semester 3
Kamu adalah yang pertama. Pertama kali mengajariku
mengungkapkan rindu melalui tulisan, dan aku sangat bahagia kala itu. Kamu
adalah yang pertama. Pria pertama yang mengajariku rasa khawatir yang
berlebihan ketika pesanku tak kunjung kamu balas. Kamu adalah yang pertama.
Pria yang mengajariku arti setia, meski kesetiaanmu selalu kautujukan pada
setiap wanita. Kamu pria pertama yang berhasil memecahkan konsentrasiku saat
pelajaran Fisika. Seseorang yang pertama kali, mengajakku terbang lalu
menjatuhkan begitu saja tanpa rasa iba.
Untukmu, pria yang saat ini
terpisah ratusan kilometer denganku
Kamu masih ingat awal perkenalan kita? Jelas kamu tidak
ingat. Kamu terlalu banyak mengingat wanita lain yang memenuhi hatimu saat ini.
Ingatkah hari ini dimana kita yang 5bulan lalu dekat harus berjauh-jauhan
seperti sekarang? Apa kamu tak merasakan rindu kebersamaan kita dulu? Bukan
maksudku melemparmu kembali ke masalalu kita, seperti hal yang selalu
kujelaskan aku hanya ingin membuatmu nyaman bukan tertekan.
Beberapa minggu ini, kecemasan terus memburu hatiku.
Terus mencari sosokmu yang dulu, penuh kehangatan, selalu membuatku nyaman.
Kamu berubah menjadi seseorang yang tak lagi kukenal, dimana kamu sembunyikan
dirimu yang dulu? Aku tidak ingin lagi mengenal sosokmu yang sekarang. Aku
masih mengharapkanmu kembali, bolehkah? Aku masih menunggumu hingga kamu
kembali lagi, cukupkah? Aku masih menyelipkan namamu dalam rapalan doaku, pantaskah?
Aku rindu sapaanmu setiap pagi saat kubuka handphone
pertama kali, aku rindu cara bercandamu yang sedikit kuno tapi mengesankan itu.
Aku rindu saat kita saling memahami bahasa daerah masing-masing antara Jawa dan
Sunda. Semua terasa lucu saat aku mencibirmu dengan bahasa Jawa tapi kamu tak
tahu artinya. Aku rindu kamu yang dulu selalu menghamburkan konsentrasiku saat
pelajaran Fisika. Apa kau tak rindu sayang? Apa kamu lebih merasa nyaman dengan
dirimu yang sekarang? Kembalilah, aku menunggu kepulanganmu. Juga sapaanmu yang
dulu. Kamu dimana, aku rindu!
Dari seseorang yang sangat
merindukan dirimu yang selalu memenuhi otaknya saat jam Fisika
Yang
sedang berusaha menerima semua tak seperti dulu
Yang
sedang berusaha menerima dirimu yang baru
Kalau
kamu masih kamu yang dulu
Aku
tak perlu mencemaskanmu sajauh ini
Sedalam
ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar